Banjir Bandang Terjang Kota Tua Tapsel

TAPANULI SELATAN – Akibat intensitas hujan yang cukup tinggi, Desa Kota Tua, Kecamatan Tano Tombangan (Tantom) Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), diterjang banjir bandang, pada Rabu (18/12/2024) sore.

 

Untuk sementara, belum diketahui pasti sebesar apa kerusakan dan kerugian masyarakat akibat bencana alam ini. Namun, hingga pukul 19.30 WIB, genangan air terpantau masih setinggi lutut orang dewasa.

 

Andi Sibarani, warga setempat, lewat sambungan seluler mengatakan, air keruh membawa material tanah, batu, hingga kayu bekas olahan maupun tumbangan, sudah terseret ke tengah Desa.

 

Air beserta material itu datang dari arah Hutan yang diduga dirambah oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab untuk keperluan jalan masuk ke tengah Hutan lindung.

 

“Kalau dari arah Sayur Matinggi, sumber air bah beserta material kayu-kayu bekas olahan dan tumbangan itu posisinya sebelah kanan,” katanya.

 

Hingga saat ini, sebagian besar warga masih mengungsi ke tempat aman. Kemudian ada juga yang berjaga-jaga di sekitar rumah masing-masing.

 

Hal senada, juga dikatakan Rudi Nainggolan. Ia menjelaskan, air bah tiba-tiba mengalir mengikuti alur jalan raya. Kemudian, merangsek masuk ke pemukiman warga di kiri dan kanan jalan.

 

“Sudah lebih setahun aksi perambahan terjadi di sana. Dan baru sekarang menimbulkan banjir,” imbuhnya.

 

Sementara, Jimmi Simanjuntak mengatakan, banjir ini sudah semacam siklus tahunan di Tantom Angkola. Jika tidak di akhir tahun, pastinya di awal tahun baru.

 

“Pada awal tahun kemarin, sekitar 3 Januari 2024, banjir melanda tiga desa di Tantom ini. Sekarang terulang lagi menjelang berakhirnya tahun 2024 atau tak sampai tahun baru 2025,” sebutnya.

 

Tahun-tahun sebelumnya juga terjadi banjir, bahkan membawa material lumpur tebal. Kali ini sedikit berbeda karena membawa batang kayu besar yang sengaja ditumbangi.

 

“Intinya, hampir setiap tahun kami di Tantom ini langganan banjir. Tapi kali ini banyak membawa kayu bulat dan sampah olahan kayu ke tengah pemukiman penduduk,” ucapnya.

 

Dalam banjir bandang yang menerjang Desa Kota Tua ini menyisakan ratusan kubik kayu sisa perambahan hutan. Kayu bulat panjang, potongan sisa kayu olahan dan bahkan tunggul berikut akar kayu hasil perambahan hutan, turut hanyut dan menumpuk di pemukiman warga Desa Kota Tua.

 

Ini membuktikan bahwa perambahan kawasan hutan lindung yang sejak setahun lalu sering diberitakan media dan disoroti lembaga swadaya masyarakat di wilayah itu, benar adanya.

 

Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dan aparat penegak hukum setempat terkesan tidak ambil peduli. Telah banyak kayu yang dimuat dan dibawa dari lokasi hutan lindung itu.

 

“Kayu bulat maupun olahan, sudah banyak yang diangkut dari dalam hutan. Melintasi jalan yang dibuka ‘Toke Kayu’ dari desa menuju hutan dan atas persetujuan masyarakat,” kata R Nainggolan, masyarakat sekitar.

 

Sampai saat ini belum diperoleh informasi resmi tentang korban dan kerusakan akibat bencana alam tersebut. Kondisi di lokasi masih pembersihan dan pendataan di bawah guyuran hujan gerimis.

 

Rumah-rumah penduduk ada yang hilang diseret air, rusak parah dan rusak ringan. Bangkai hewan ternak bercampur aduk dengan sampah banjir. Tanaman padi dan holtikultura sudah ditutup lumpur dan sampah.

 

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI, Polri, aparatur pemerintah bersama warga sedang bergotong royong membersihkan lokasi. Ada yang bekerja di dapur umum, dan tim medis yang melayani warga di posko bantuan.

 

“Sejauh ini tidak ada korban jiwa maupun luka berat. Pak Bupati sudah menghubungi BPBD Pemprov Sumatera Utara dan BNPB pusat, agar menurunkan bantuan,” kata Kepala Dinas Kominfo, Inganan Dalimunthe dan Kabag Prokopim Pemkab Tapsel Mhd Yusuf Nasution.

 

Tokoh masyarakat sekitar, Edison Rambe, dihubungi via telepon, mengaku sudah di lokasi sejak banjir bandang menerjang Kota Tua, Tantom Angkola. Bantuan berupa sembako dan kain, sudah mulai datang.

 

Pangeran Istana Hasadaon ini mengaku sulit untuk menceritakan kondisi perasaan warga ketika menghadapi banjir bandang yang tiba-tiba menerjang. Ia berharap perhatian serius dari pemerintah dan putra daerah yang ada di perantauan.

 

“Mohon perhatian dari saudara dan saudari di perantauan. Bencana ini datang melanda beberapa hari menjelang Hari Natal 2024 dan Tahun Baru 2025,” kata Edison yang juga mantan anggota DPRD Tapsel